Membentuk Karakter Islami

K.H.  Rusli Amin, MA

Pengajian 27 Februari 2013

 

Bismillahirrohmanirrohim,

Assalamu’alaikum wr.wb.

 

Muslimin dan muslimat yang dirahmati Allah subhanahu wata’ala.

Setelah bersyukur kepada Allah subhanahu wata’ala atas nikmat yang telaah dianugerahkan kepada kita, maka selanjutnya kita selalu ber-sholawat kepada Nabi Muhammad shollalalahu ‘alaihi wasallam,    mudah-mudahan kita mendapat Syafa’at dari beliau di Hari Kiamat kelak.

 

Paman Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam yang akhirnya menjadi musuh beliau bernama Abu Lahab.   Kekafiran Abu Lahab itulah yang kemudian Allah subhanahu wata’ala menurunkan Surat Al Lahab dalam Al Qur’an :

 

1. Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan Sesungguhnya Dia akan binasa

2. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan.

3. Kelak Dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak.

4. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar

5. Yang di lehernya ada tali dari sabut.

Abu Lahab adalah kafir, padahal ia adalah paman Nabi Muhammad saw, karena ia adalah adik dari ayahanda Nabi Muhammad saw yang  bernama Abdullah bin Abdul Mutholib.

Satu tahun setelah Abu Lahab meninggal dunia, ada saudara Abu Lahab yang juga paman Nabi Muhammad saw yang bernama ‘Abbas bin Abdul Mutholib rodhiyallahu ‘anhu.

Abbas bin Abdul Mutholib, paman Nabi saw. yang juga saudara Abu Lahab suatu malam bermimpi, dalam mimpinya beliau melihat Abu Lahab dan ditanyakan bagaimana keadaan Abu Lahab.  Lalu Abu Lahab berkata : “Saya dimasukkan ke dalam neraka, disiksa terus menerus. Tetapi setiap malam Senin Allah meringankan siksa kepadaku dalam neraka, karena kegembiraanku  ketika Muhammad dilahirkan. Dan hari itu adalah hari Senin”.

Dalam riwayat disebutkan bahwa ketika Nabi Muhammad saw lahir hari Senin, Abu Lahab yang paman beliau menyatakan kegembiraannya. Karena kegembiraannya itu Abu Lahab lalu me-merdekakan budaknya yang datang menyampaikan kabar kelahiran Nabi Muhammad saw.   Budak Abu Lahab itu bernama ‘Tsuwaibah Al Aslamiyah.  

Selanjutnya dalam riwayat diceritakan bahwa bayi Muhammad disusui oleh selain ibunya, juga Tsuwaibah Al Aslamiyah (Budak Abu Lahab tetapisudah dimerdekakan)  Itulah ibu susu pertama, dan setelah beberapa bulan kemudian disusui oleh seorang ibu-susu bernama Halimah As Sa’diyah (Halimatussa’diyah).

Kalau Abu Lahab saja yang kafir,  diringankan siksanya di neraka setiap hari Senin, karena kegembiraannya mendengar keponakannya yang bernama Muhammad lahir pada hari Senin, apalagi kita umat Nabi Muhammad saw yang selalu mencintai beliau dan melaksanakan semua ajaran beliau,  insya Allah kita akan masuk Surga.  Amin !

Bahasan kali ini adalah Membangun Karakter Berbasis Sirah Nabi Muhammad saw.   Bicara tentang karakter, maka karakter berpusat pada hati. Kajian-kajian Tafawuf lebih banyak penekanan pada pembangunan Hati Manusia.  Tidak berarti dalam Tasawuf tubuh (jasad) tidak penting, tetapi yang menentukan fisik (jasad) manusia menjadi apa, tergantung pada hati  manusia yang punya fisik itu.   Fisik ibarat kendaraan yang membawa muatan berupa ruh, jiwa, hati,  sehingga membuat kendaraan itu bisa terarah jalannya.

Dalam Islam ada tiga faktor yang penting dalam pembentukan karakter, yaitu :

1.Fitrah,

Yaitu apa yang dibawa sejak lahir, yang melekat pada diri setiap orang.  Yang paling prinsip dari  manusia, terutama sebagai muslim, yaitu yang disebut Tauhid. 

Dalam AlQur’an Surat Al A’raaf ayat 172, Allah subhanahu wata’ala berfirman :

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah aku ini Tuhanmu?” mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi”. (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”,

Setiap manusia, bangsa manapun dan agama apapun, sejak lahir membawa fitrah yang sama yaitu Tauhid (Meng-Esa-kan Allah subhanahu wata’ala), yaitu Lailaha illallah (Tidak ada Tuhan selain Allah).  Kemudian dalam perjalanan hidup selanjutnya sangat dipengaruhi oleh lingkungannya.  Rasulullah saw bersabda dalam sebuah Hadits shahih : “Kedua orangtuanya-lah yang membuat  anak itu menjadi Yahudi, Nsrani atau Majusi”. 

Artinya, lingkungan keluarganya atau masyarakatnya atau peendidikannya sejak lahir yang membentuk karakter manusia itu menjadi apa.  Fitrah itu mengalami penyimpangan setelah bayi manusia lahir ke dunia.  Alhamdulillah kita sebagai muslim tetap menjadi muslim/muslimah yang tetap dalam Tauhid, yaitu meng-Esakan Allah subhanahu wata’ala, dengan ucapan selalu Lailaha illallah (Tidak ada illah, sesembahan, kecuali Allah).

2.Makhluk Sosial.

Sejak lahir, manusia ada kecenderungan yang melekat pada dirinya sebagai makhluk yang memerlukan orang lain, yaitu yang disebut makhluk sosial.  Tidak ada orang yang bisa hidup tanpa orang lain.  Bukan saja bersama orang lain, tetapi juga beragam-ragam sifat manusia. Maka manusia perlu bekerjasama dengan manusia lain dalam segala bidang dan segala kepentingan. Faktor inipun mempengaruhi pembentukaan karakter (kepribadian ) setiap orang.

Keturunan.

Setiap manusia punya karakter atau sifat-sifat yang menurun dari orangtua atau nenek-moyangnya.   Jangankan manusia biasa, Nabi Muhammad saw sekalipun,  keadaan pribadi beliau dalam banyak hal tidak terlepas dari sifat-sifat yang menurun dari orangtua dan leluhur beliau. Nabi Muhammad saw bersabda : “Sesungguhnya Allah subhanahu wata’ala telah memindahkan ruh-ku dari sulbi-sulbi leluhurku yang suci kepada rahim-rahim yang bersih, sampai pada akhirnya aku dilahirkan melalui kedua orangtuaku yang tidak pernah berjumpa  kepada kekejian atau kejahatan”.

Artinya, Nabi Muhammad saw suci karena memang leluhur beliau adalah suci. Maka secara alami, kalau dari hulunya bersih, insya Allah muaranya juga bersih.  Kecuali ada rekayasa dari manusia.  Nabi Muhammad saw suci karena memang dari “hulunya”beliau suci.

Nabi Muhammad saw adalah tampan dan gagah, karena menurut riwayat ayah beliau yaitu Abdullah bin Abdul Mutholib adalah seorang pemuda yang gagah paras mukanya. Disebutkan dalam Sirrah (sejarah) bila beliau (Abdullah, ayah Nab Muhammad saw) bila sedang melakukan Thawaf di Ka’bah, terlihat paling tampan di antara orang-orang yang bersama-sama melakukan Thawaf. Sehingga banyak mata tertuju kepada Abdullah dan saudara-saudaranaya, karena ketampanan mereka.

Abdul Mutholib bin Hasyim (kakek Nabi Saw) juga ketika mudanya adalah seorang yang tampan wajahnya.  Maka setelah Abdullah, lahirlah anak Abdullah yaitu Nabi Muhammad saw seorang yang berparas gagah. Itulah sifat fisik yang menurun dari nenek-moyang.

Kakek-buyut Nabi Saw (ayah Abdul Mutholib) bernama Hasyim. Oleh karena itu keluarga besar Nabi Muhammad saw disebut juga Bani Hasyim.    Nama asli dari Hsryim adalah Amar.

Nama asli dari Abdul Mutholib adalah Syaibah.

Dalam sebuah Hadits Rasulullah saw bersabda : Aku adalah keturunan dari dua orang yang hampir disembelih. Pertama adalah Ismail alaihissalam  yang hampir disembelih oleh Nabi Ibrahim ‘alaihissalam. Bila dirunut silsilahnya maka Nabi Muhammad saw adalah bergaris keturunan dari Nabi Ismail putera Nabi Ibrahim ‘alaihissalam. Kedua adalah ayah Nabi Muhammad saw sendiri yang bernama Abdullah bin Abdul Muttholib.

Abdullah hampir saja disembelih karena nadzar ayahnya yaitu Abdul Mutholib.  Konon dalam kisahnya, ketika itu Abdul Mutholib baru punya anak laki-laki satu orang.  Lalu ada seorang laki-laki Arab yang mencemooh (merendahkan) Abdul Mutholib. Kemudian Abdul Mutholib berkata : “Apakah karena anak laki-laki hanya sedikit sehingga engkau menghinaku ?  Sekiranya Tuhan memberikan kepadaku sepuluh orang anak laki-laki maka pasti aku menyembelih salah seorang darinya untuk pengorbananku (mendekatkan diri) kepada Tuhan”.

Maka lahirlah Abdullah yang merupakan anak ke sepuluh dari Abdul Mutholib.

Selanjutnya Abdul Mutholib suatu hari mengundi untuk memilih siapa yang harus disembelih.  Dan ternyata undian jatuh kepada anaknya yang bernama Abdullah.  Lalu Abdullah dibawa oleh ayahnya Abdul Mutholib di depan Ka’bah.  Ceritanya panjang, bisa anda baca dalam Kitab Sirah Nabawiyah yang ditulis oleh Ibnu Hisyam dan juga banyak lagi kitab-kitab sejarah yang lain.  Misalnya Kitab Sirah Nabawiyah yang ditulis oleh Prof. Dr. Quraisy Shihab , dan ada Kitab Sirah Nabawiyah yang ditulis oleh Syaikh Syafiyurrahman Al Mubaroq Furry.

Tetapi Abdullah tidak jadi (batal) disembelih karena ditebus  dengan 100 (seratus) ekor unta. Maka Nabi Muhammad saw pernah bersabda seperti di atas.  Maka bila bicara sifat-sifat baik yang menurun seperti kepatuhan Nabi Muhammad saw dalam beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala, selain karena beliau seorang Nabi/Rasul.

Tetapi  kepatuhan itu adalah keturunan dari para leluhurnya. Misalnya Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail yang sangat patuh kepada Allah subhanahu wata’ala, termasuk Abdul Mutholib yang sangat patuh kepada Tuhannya.

Dalam konsep pendidikan modern juga dikenal tentang sifat-sifat menurun, seperti teori yang terkenal seperti Teori Nafifisme yang dipopulerkan oleh Soven Hauwer yang mengajarkan bahwa manusia menjadi baik atau buruk tergantung pada sifat yang dibawa sejak lahir.

Dalam Hadits Rasulullah saw bersabda : “Pilihlah tempat untuk menyemaikan benihmu karena sesungguhnya sifat-sifat dari orangtua akan turun kepada keturunan”.  

Dalam kehidupan moderen juga orang mempraktekkan hal sama. Karakter juga dipengaruhi oleh sifat keturunan.  Maka selagi masih hidup, jadilah orangtua yang menurunkan sifat-sifat baik kepada anak-cucu.

3. Pendidikan (lingkungan).

Sejak Nabi Muhammad saw kita sudah diajarkan bahwa selain fitrah dan sifat-sifat menurun dari orangtua, pendidikan juga punya pengaruh, tidak hanya melalui sabda beliau, tetapi juga yang beliau alami sendiri.  Misalnya dalam kehidupan beliau sejak masih anak-anak agar beliau tumbuh dengan pribadi yang sehat-kuat, punya perilaku yang bagus,  beliau ketika masih anak-anak berpisah dari ibunya, tinggal diperkampungan Bani Sa’ad ketika disusui oleh ibu-susu Halimah As Sa’diyah.

Ketika itu kebiasaan orang Arab  untuk menjadikan anak-anak suka tinggal di pegunungan, supaya mereka bisa menghirup udara yang lebih bagus serta lingkungan yang bagus, agar anak tumbuh mempunyai kepribadian yang bagus. Dan Nabi Muhamamad saw sejak masih kecil mengalami itu.  Beliau sejak bayi (anak-anak) disusukan kepada Halimah As Sa’diyah bukan karena susu ibunya (Aminah) tidak mengalir, karena memang kebiasaan zaman itu menyusukan anaknya kepada ibu-susu. Dan ketika itu Bani Sa’ad terkenal dengan sifat-sifat yang baik. Artinya sejak kecil Nabi Muhammad saw hidup di lingkangan orang yang berbudi luhur.

Selanjutnya beliau mendapat pendidikan langsung dari Allah subhanahu wata’ala.  Beliau bersabda dalam sebuah Hadits : “Tuhanku telah mendidikku dan menjadilah aku orang yang terbaik pendidikanku”.

Oleh karena itu faktor pendidikan adalah penting.  Terutama pendidikan agama (Islam). Setiap pendidikan zaman sekarang memerlukan guru (pengajar) yang baik. Disamping pendidikan yang baik juga lingkungan banyak berpengaruh.

Nabi Muhammad saw hijrah dari Makkah ke Madinah, karena beliau ingin mendapatkan lingkungan yang baru, yang bisa menopang perjuangan beliau berdakwah Islam ketika itu.

Ketika beliau meninggalkan Makkah sampai pada suatu tempat, beliau memandang ke arah kota Makkah bersabda : “Tidak ada bumi yang paling dicintai oleh Allah subhanahu wata’ala kecuali engkau,  wahai Makkah.  Seandainya kaumku tidak mengusirku, niscaya aku tidak akan meninggalkanmu, karena engkau bumi yang  aku cintai”.

Hijrah beliau adalah karena perintah Allah subhanahu wata’ala, Beliau harus mencari lingkungan baru  yang bisa menopang perjuangan beliau menegakkan Islam. Beliau pindah ke Madinah bukan karena tidak suka dengan kota Makkah, melainkan karena kaumnya mengusir Nabi Muhammad saw.    Dan itu diabadikan dalam AlQur’an Surat Al Anfaal ayat 30 : 

Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.

Sekian bahasan, mudah-mudahan bermanfaat.

Sebelum diakhiri marilah kita berdoa untuk saudara kita yang sedanaga sakit dan do’a untuk kita semua.  Al Fatihah.

Do’a :

Bismillahirrohmanirrohim,

Alhamdulillahirobbil’alamin,

Allahumma sholli ‘ala Muhammad

Wa’ala ali Muhammad,

Allahumma inna nas-aluka salamatan fiddin,

Wa’afiatan fil jasadi, waziadatan fil ‘ilmi,

Wabarokatan firrizqi, wa taubatan qoblal maut,

Wa rohatan ‘indal maut,

Wamaghfirotan warohmatan ba’dal maut,

 

Allahumma hawwin ‘alaina fi sakarotil maut,

Wannajata minannaar, wal ‘afwa ‘indal hisab,

Allahumma robbannaas ‘adzihi bil ba’tsa,

Isyfi antasysyafi  la syifa-a illa syifauka,

Syifa’an layughodiru syaqoman,

 

Lailaha illa anta,

Subhanaka  inna kunna minadzdzolimin,

Robbana atina fiddun-ya hasanah

Wafil akhiroti hasanah waqina ‘adzabannaar.

Subhana robbina robbil ‘izzati ‘amma yasifun,

Wasalamun ‘alal mursalin,

Walhamdulillahirobbil ‘alamin.

 

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Tinggalkan komentar